Deteksi Bakteri Coliform pada Jajanan Pasar Cincau Hitam
di Pasar Tradisional
Gambar 4. Cincau Hitam.
Sumber
: http://fauzirahman.student.umm.ac.id
Apa yang anda bayangkan bila mendengar kata cincau?
Mungkin diantara kalian pembaca sudah tidak terdengar asing bukan? Cincau
adalah makanan khas Indonesia yang cukup terkenal dengan cita rasa yang tinggi
dan memiliki keunikan warnanya, ada cincau hijau dan cincau hitam.
Yang akan saya bahas kali ini ialah mengenai cincau
hitam. Nah, para pembaca sekalian pasti mengetahui dimana saja
tempat-tempat makanan ini dijual, karena
cincau hitam termasuk ke dalam makanan populer sehingga banyak sekali produsen
yang berinovatif dalam mempermudah konsumen untuk mengakses tempat-tempat
penjualan cincau hitam.
Sederhananya cincau hitam ini banyak di jual di
pasar-pasar tradisional, namun seiring semakin pesatnya perkembangan dan
kemajuan teknologi, kini cincau hitam pun banyak di jual di swalayan dan dalam
kemasan yang menarik dan terlihat lebih higienis.
Para pembaca sekalian disini saya akan mengulas
tentang terdeteksinya bakteri coliform
pada jajanan pasar cincau hitam di pasar tradisional. Bakteri coliform ini ialah bakteri jahat yang
dapat menimbulkan berbagai penyakit jika kita tidak berhati-hati dalam
mengkonsumsi makanan khususnya pada cincau hitam. Mengerikan bukan? Cincau hitam
yang selama ini kita konsumsi, dan juga dengan segala khasiatnya apabila kita
mengkonsumsinya, sayangnya fakta terkini menunjukkan hasil bahwa adanya bakteri
yang membahayakan pada cincau hitam. Berhati-hatilah ternyata tidak semua
cincau hitam layak untuk dikonsumsi.
Bakteri coliform merupakan flora normal didalam usus
manusia dan akan menimbulkan penyakit bila masuk kedalam organ atau jaringan
lain. Bakteri ini mudah menyebar dengan cara mencemari air dan mengontaminasi
bahan-bahan yang bersentuhan dengannya. Jika didapatkan kontaminasi bakteri ini
pada suatu makanan maka merupakan suatu indikasi bahwa makanan tersebut pernah
tercemar oleh kotoran manusia. Hal ini dapat terjadi pada jajanan pasar cincau.
Bakteri ini mudah menyebar dengan cara mencemari air
dan mengkontaminasi bahan-bahan yang bersentuhan dengannya. Pada proses
pengolahan makanan biasanya bakteri ini mengontaminasi alat-alat yang digunakan
dalam pengolahan. Jika didapatkan kontaminasi bakteri ini pada suatu makanan
maka merupakan suatu indikasi bahwa makanan tersebut pernah tercemar oleh
kotoran manusia (Dewanti dan Haryadi, 2005).
Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme
yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi
sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau
tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri Coliform ini menghasilkan zat etionin
yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga
memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat
menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh (Pracoyo, 2006).
Beberapa patogen yang telah dikenal sejak beberapa
dekade lalu adalah giardia lamblia (giardiasis), cryptosporidium
(cryptosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati), dan helminthes
(cacing parasit). Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena
densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat
mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu,
bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta
lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan (Doyle, 2006).
Ciri-ciri bakteri coliform antara lain bersifat
aerob atau anaerob fakultatif, yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia,
dan termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat
memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35°C-37°C.
Contoh bakteri coliform antara lain Escherichia coli, Salmonella spp.,
Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dan lain-lain (Hajna, 1943).
Bakteri Colitinja merupakan air
yang mengandung colitinja, berarti air tersebut tercemar tinja. Tinja dari
penderita sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan air.
Lihatlah kandungan gizi pada cincau hitam berikut :
Cincau Hitam (Mesona palustris)
Tabel 1. Komponen gizi cincau hitam
Komponen
|
Jumlah
per 100 gram
|
Kalori
|
122,0 kal
|
Protein
|
6,0 gram
|
Lemak
|
1,0 gram
|
Karbohidrat
|
26,0 gram
|
Kalsium
|
100,0 mg
|
Fosfor
|
100,0 mg
|
Besi
|
3,3 mg
|
Vitamin A
|
10,750 SI
|
Vitamin
B1
|
80,0 mg
|
Vitamin C
|
17,0 mg
|
Air
|
66,0 gram
|
Bahan yang dapat dicerna (%)
|
40%
|
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan RI, 1992 dalam
Widyaningsih (2007)
Dari
tabel kandungan gizi cincau hitam diatas, menunjukkan bahwa bakteri coliform dapat tumbuh dan
berkembang pada cincau hitam dikarenakan kompleksnya kandungan gizi yang dapat
menutrisi bakteri dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila bakteri coliform
sudah mengkontaminasi cincau hitam maka sangatlah mudah bakteri coliform ini
untuk memperbanyak dirinya.
Para
pembaca sekalian, apa saja sih yang termssuk ke dalam bakteri coliform
tersebut? Kita simak yuk karakteristik dari masing-masing bakterinya.
Cincau
yang terdapat bakteri coliform atau sering disebut bakteri golongan Enterobacteriaceae
antara lain terdiri dari bakteri
Klebsiella sp., Salmonella sp., Citrobacter sp., dan Escherichia coli. Adanya
bakteri Enterobacteriaceae pada cincau
yang dijual menunjukkan terjadi pencemaran oleh tinja manusia.
Bakteri
Citrobacter sp. yang ditemukan biasanya tersebar luas dilingkungan, sehingga
bakteri ini dapat dijumpai di dalam air, tanah dan makanan. Bakteri ini dapat
menimbulkan infeksi pada saluran urin, saluran pernafasan, kulit permukaan
(ulcer, otitis luar, luka kulit), bagian dalam (bacteriaemia, peritonitis,
osteomyelitis) dan neonatal meningitis. Klebsiella sp. hidup sebagai saprofit
pada lingkungan hidup, pada air, tanah, makanan dan sayur-sayuran. Bakteri ini
dapat menimbulkan infeksi pada saluran urin, paruparu, saluran pernafasan,
luka-luka dan septicaemia (Soemarno, 2000).
Bakteri
Salmonella sp. merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan demam, diare
dan ketegangan otot abdominal (abdominal cramp). Akan tetapi pada pasien yang
mempunyai sistem imun yang lemah, Salmonella sp. akan menginvasi sirkulasi
darah dan menyebabkan infeksi yang bersifat fatal. Dalam standar mutu, didalam
minimal 50 gram makanan yang diperiksa tidak boleh ada bakteri Salmonella sp.
Sedangkan Escherichia coli merupakan flora normal di dalam usus manusia,
sehingga adanya kontaminasi Escherichia coli pada makanan merupakan indikasi
pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia (Soemarno, 2000).
Gambar 5. Escherichia coli pewarnaan gram (500x)
Sumber : Prescott, 2002.
Makanan
yang diproduksi harus memiliki kriteria agar dapat dikonsumsi oleh konsumen.
Kriteria tersebut yaitu makanan berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki,
bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
Kemudian bebas dari perubahan fisik dan kimia yang tidak
dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba,
hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan,
pemasakan dan pengeringan serta bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh
makanan (food borne illness). Sanitasi yang kurang baik dari penjamah makanan
atau penjual dapat menjadi sumber penyakit bagi konsumen dan dapat menyebar
kepada masyarakat. Peranannya dalam
suatu penyebaran penyakit
dengan cara kontak antara penjamah makanan yang menderita
penyakit menular dengan konsumen yang sehat. Kontaminasi terhadap makanan
oleh penjamah
makanan yang sakit, misalnya batuk atau luka ditangan, dan pengolahan
makanan dengan air tercemar Escherichia coli atau penanganan makanan oleh penjamah makanan yang
sakit atau pembawa kuman (Zaenab, 2008).
Nah,
sekarang kita simak fakta penelitian lapangan yang dilakukan pada beberapa
pasar tradisional untuk mendeteksi bakteri coliform pada cincau hitam.
Pada penelitian Djaja (2003) disebutkan bahwa
kontaminasi Escherichia coli pada pedagang kaki lima disebabkan karena
kontaminasi bahan makanan (51,8%), kontaminasi pewadahan (18,8%), kontaminasi
air (18,8%), kontaminasi makanan disajikan (18,8%), kontaminasi tangan (12,9%)
dan kontaminasi makanan matang (10,6%). Dalam hal ini, terjadinya kontaminasi
Escherichia coli pada pasar tradisional dan swalayan dapat disebabkan oleh hal
diatas. Terdapat 4 sampel yang ditemukan bakteri Escherichia coli yaitu pada
sampel pasar tradisional terdapat 3 sampel dan pada sampel swalayan terdapat 1
sampel yang ditemukan Escherichia coli, hal ini dapat menyebabkan masyarakat
yang memakan cincau tersebut dapat menderita penyakit diare, infeksi salulan
kencing, sepsis (infeksi berat) pada anak, atau necrotizing enterocolitis
(kerusakan berat saluran cerna). Bakteri Escherichia coli juga dapat
menimbulkan racun yang menimbulkan diare seperti pada kolera (tipe ETEC), dapat
menimbulkan penyakit diare seperti pada shigella (tipe EIEC), dapat menimbulkan
diare berdarah atau haemorrhagic colitis dan haemolytic syndrome (tipe EHEC)
(Soemarno, 2000).
Beberapa penyakit yang sering timbul akibat bakteri
Escherichia coli adalah penyakit diare, bakteri Escherichia coli yang
menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh dunia. Bakteri ini
diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap koloni
menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda seperti yang sudah
diutarakan. Gejalanya yaitu diare, yang merupakan buang air besar yang encer
dengan frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu
atau lemah, panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lendir dalam kotoran.
Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama
jantung maupun perdarahan otak. Infeksi
saluran kemih, penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih dan
merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita
muda. Gejalanya yaitu sering kencing, disuria, hermaturia, dan piura.
Kebanyakan infeksi ini disebabkan oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe
antigen O. Sepsis, bila pertahanan tubuh ibu tidak kebal, Escherichia coli
dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis.
Meningitis, Escherichia coli merupakan salah satu
penyebab utama meningitis pada bayi. Bakteri Escherichia coli dari kasus meningitis
ini mempunyai antigen KI. Mekanisme virulensi yang berhubungan dengan antigen
KI tidak diketahui (Tambunan, 2010).
Para pembaca sekalian dapat di tegaskan kembali
bahwa berhati-hatilah dalam mengkonsumsi makanan dan minuman, apalagi di tempat-tempat
yang kemungkinan besar bakteri dapat dengan mudah mengkontaminasi makanan dan
minuman yang akan kita konsumsi. Lihatlah betapa jahatnya bakteri
mengkontaminasi makanan dan dapat menimbulkan gejala yang amat buruk bagi tubuh
kita. Jadi, biasakan higienis dalam melakukan semua hal karena bakteri selalu
ada dalam setiap aktivitas kita dan sebagian bakteri jahat selalu siap untuk
dapat menginfeksi kita. Ciptakanlah budaya bersih dan sehat.
Semoga Bermanfaat..
Referensi
Doyle,
M.P., Erickson, M.C. 2006. Closing The Door On The Fecal Coliform Assay.
Microbe 1, hal. 162-163. (Dikutip pada tanggal 23 April 2015)
Hajna,
A.A., Perry, C.A. 1943. Comparative Study Of Presumptive And Confirmative Media
For Bacteria Of The Coliform Group And For Fecal Streptococci. Am J Publ Hlth
33, hal. 550-556. (Dikutip pada tanggal 23 April 2015)
Pracoyo,
N.E. 2006. Penelitian Bakteriologik Air Minum Isi Ulang di Daerah Jabotabek.
Cermin Dunia Kedokteran 152, hal. 37-40. (Dikutip pada tanggal 23 April 2015)
Soemarno.
2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan.
Yogyakarta.
Tambunan,
Samuel. 2010. Hygiene Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri. Escherichia
coli pada Es Kolak Durian yang Dijajakan Di Jalan Dr. Mansyur Kelurahan Padang
Bulan Kota Medan Tahun 2010. Skripsi FKM. USU Medan.